TATA TULIS KARYA ILMIAH Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan". Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah". Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah: 'tj' menjadi 'c' : tjutji ? cuci 'dj' menjadi 'j' : djarak ? jarak 'j' menjadi 'y' : sajang ? sayang 'nj' menjadi 'ny' : njamuk ? nyamuk 'sj' menjadi 'sy' : sjarat ? syarat 'ch' menjadi 'kh' : achir ? akhir awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di' pada contoh "di rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Untuk penjelasan lanjutan tentang penulisan tanda baca, dapat dilihat pada Penulisan tanda baca sesuai EYD A. Penjelasan umum tentang mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah (TTKI) 1. Pentingnya TTKI 2. TTKI di Perguruan Tinggi (ITB) 3. Syarat dan Subjek TTKI 4. Jenis-Jenis Karangan Ilmiah B. Kontrak Belajar Syarat Kebahasaan a. Baku Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata/istilah, dan penulisan sesuai dengan kaidah ejaan. b. Logis Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal. C Kuantitatif Keterangan yang dikemukakan dalam tulisan dapat diukur secara pasti. d. Tepat Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh penutur atau penulis dan tidak mengandung makna ganda. e. Denotatif Kata vang digunakan dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak melibatkan perasaan karena sifat ilmu itu objektif f. Ringkas Ide dan gagasan diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan, pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan. tetapi isinya bernas. g. Runtun Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya baik dalam kalimat maupun dalam paragraf. Bahasa Indonesia Benar dengan Baik Bahasa vang digunakan akan dikatakan baik jika maksud yang diungkapkan dapat dipahami dengan tepat oleh orang yang menerima bahasa tersebut. Dengan kata lain, bahasa yang baik adalah bahasa vang efektif dalarn menvampaikan suatu maksud. Bahasa vang baik tidak selalu harus ragam baku. Keefektifan komunikasi lebih banyak ditentukan oleh keserasian bahasa itu dengan situasinva (waktu. tempat. dan orang yang diajak bicara). Bisa saja bahasa yang baik itu tidak benar kaidah kaidahnya. Sebaliknya, bahasa vang benar kaidah kaidahnya belum tentu bahasa. vang baik Sebab. misalnva akan janggal kedengarannya bila di kantin kita menggunakan ragam bahasa baku seperti bahasa seorang i1muwan yang sedang ceramah di dalam suatu seminar. Sebaliknva, akan janggal pula bila seorang ilmuwan yang sedang ceramah di dalam suatu seminar menggunakan bahasa seperti seorang awam yang sedang ngobrol di kantin. Dengan demikian, bahasa yang benar dengan baik itu adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah dan sesuai dengan situasi. Pengertian Ejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran melalui huruf, menetapkan tanda-tanda baca, memenggal kata, dan bagaimana menggabungkan kata. Jadi, bagaimana menuliskan bahasa lisan dengan aturan-aturan tersebut itulah yang berhubungan dengan ejaan. Dari segi bahasa, ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi bahasa (kata, kalimat) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf dan tanda baca). Lingkup Pembahasan Ejaan Lingkup pembahasan dalam ejaan meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. pemakaian huruf 2. pemakaian huruf kapital dan huruf miring 3. penulisan kata 4. penulisan unsur serapan 5. pemakaian tanda baca Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring 1. Huruf Kapital Huruf kapital tidak identik dengan huruf besar meskipun istilah ini biasa diperlawankan dengan huruf kecil. Istilah huruf kapital digunakan untuk menandai satu bentuk huruf yang karena memiliki fungsi berbeda dalam kata atau kalimat menjadi berbeda dari bentuk huruf lain meskipun secara fonemis sebunyi. Huruf A (kapital) secara fonemis sebunyi dengan a (kecil), tetapi karena fungsinya berlainan, penampilan grafisnya berbeda. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat, nama tempat, nama orang, dan lain-lain. Secara umum, penggunaan huruf kapital tidak menimbulkan permasalahan. Kesalahan penulisan sering terjadi pada penulisan kata Anda. Kata Anda harus selalu ditulis dengan (A) kapital meskipun terletak di tengah atau di akhir kalimat. 2. Huruf Miring Sebuah huruf, kata, atau kalimat ditulis dengan huruf miring untuk membedakan dari huruf, kata, atau kalimat lain dalam sebuah kata, kalimat, paragraf, atau karangan utuh. Huruf yang dicetak miring adalah penanda yang mengacu ke beberapa informasi, antara lain sebagai penekanan, kutipan dari bahasa asing, istilah latin, nama penerbitan (koran, majalah, dan lain-lain). Jika ditulis dengan menggunakan mesin tik manual atau tulisan tangan, huruf miring diganti dengan garis bawah. Garis bawah hendaknya ditulis per kata, bukan per kalimat. Contoh: a. Artikelnya yang berjudul “Perkembangan Sains dan Teknologi di Indonesia” dimuat pada koran Media Indonesia (Salah) b. Artikelnya yang berjudul “Perkembangan Sain dan Teknologi di Indonesia” dimuat pada koran Media Indonesia (Betul) Penulisan Kata Beberapa hal yang termasuk ke dalam pembahasan tentang penulisan kata adalah penulisan (1) kata dasar, (2) kata turunan, (3) bentuk ulang, (4) gabungan kata, (4) kata ganti ku, mu, kau, dan nya, (5) partikel, (6) singkatan dan akronim, dan (7) angka dan lambang bilangan. Kecuali gabungan kata (3), penulisan kata umumnya tidak menimbulkan permasalahan Kesalahan penulisan gabungan kata umumnya ditemukan pada istilah khusus yang salah satu unsurnya hanya digunakan dalam kombinasi. Unsur gabungan kata yang demikian sering ditulis terpisah, padahal seharusnya disatukan. Penulisan Unsur Serapan Sebagaimana diketahui, bahasa Indonesia diangkat dari bahasa Melayu. Di dalam perkembangannya bahasa ini banyak menyerap dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun asing. Bahasa Sunda, Jawa, dan Batak adalah tiga contoh bahasa daerah yang banyak memperkaya bahasa Indonesia. Sementara itu, bahasa asing yang banyak diserap adalah bahasa Belanda, Inggris, Portugis, Sanskerta, Arab, dan Cina. Kriteria penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia secara lebih terperinci bisa dilihat pada diktat kuliah (lampirannya). Secara umum bisa dikatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang menulis bunyi. Artinya, pelafalan kita terhadap sebuah kata asing, itulah yang ditulis dalam bahasa Indonesia meskipun tidak sama sebunyi) betul. Pemakaian Tanda Baca Kalimat yang baik harus didukung oleh penggunaan tanda baca yang tepat. Para penulis sering tidak memperhatikan hal ini. Akibatnya, masih banyak ditemukan kesalahan dalam pemakaian tanda baca tersebut. Pemakaian tanda baca dalam kalimat sangat penting bukan hanya untuk ketertiban gramatikal, melainkan juga bagaimana gagasan yang dikemukakan bisa tersampaikan dengan baik. Manusia memahami sesuatu dengan bahasa, tetapi karena bahasa pula manusia bisa salah paham. Pemakaian tanda baca adalah salah satu cara untuk menghindari kesalahpahaman tersebut. MORFOLOGI A. Definisi Morfologi : ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan bentuk terhadap golongan dan arti kata. Bahasa Indonesia: bahasa aglutinatif, bahasa yang terdiri atas tempelan-tempelan (pengimbuhan) Bahasa Indonesia: 1) bentuk bebas, 2) bentuk terikat B. Imbuhan 1. Awalan: ber -, per -, meng -, di -, ter -, se -, peng - 2. Sisipan : -e l -, -e m -, -er -, -in - 3. Akhiran : -kan, - i, -a n , -n ya 4. Gabungan imbuhan: ber -kan, ber -an, per –an, pe –an, per -I, me -kan, memper -, memper –k an, memper -i C. Rumus Pembentukan Kata 1. Ketahui/pastikan bentuk dasarnya 2. Ketahui/pastikan bentuk terikat yang mengimbuhinya Contoh: a. kontrakkan : kontrak + -kan b. kontrakan : kontra + -kan Perhatikan pula bentuk - tumpukan/tumpukkan - pertunjukan/pertunjukkan - dll Variasi Imbuhan 1. Awalan ber- bervariasi menjadi bel- jika diserangkaikan dengan kata ajar. 2. Awalan ber- dan ter- bervariasi menjadi be-dan te- jika diserangkaikan dengan kata yang suku pertamanya berbunyi “er” Contoh: ber- + cermin : becermin ter- + percaya : tepercaya 3. Awalan me- bervariasi menjadi menge- jika diserangkaikan dengan bentuk dasar yang terdiri atas satu suku kata. Contoh: me- + bom = mengebom me- + tik = mengetik me- + lap = mengelap Peluluhan (me-/pe-(N)) atau meng- /peng Peluluhan terjadi jika me-/pe-(N) diserangkaikan pada kata dengan huruf pertama k, t, p, s (konsonan tidak punya suara) Contoh: me-/pe-(N) + -kejar = mengejar + -tipu = menipu + -pukul = memukul + -sikut = menyikut Catatan: pada kata kaji , kilat: k tidak luluh : mengkaji, mengkilat G. Pohon Kata Ubah berubah mengubah perubahan pengubahan pengubah : peubah ubahan Perhatikan bentuk: - permukiman/pemukiman - penatar/petatar - peninju/petinju - perajin/pengrajin - pelepasan/penglepasan Makna Bentukan Kata Perhatikan arti beberapa bentukan kata berikut: pewaris/mewarisi/ahli waris menugasi/ditugasi menganugerahi/menganugrahkan membawahi/membawahkan mengatasi/mengataskan mencemari/mencemarkan berterima/keberterimaan TATA KALIMAT A. Definisi Kalimat :satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri intonasi akhir. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). (Alwi, dkk., 1998:311). : gugusan kata berstruktur atau bersistem yang mampu menimbulkan makna yang sempurna (Santoso, 1990:127). Makna yang sempurna adalah suatu makna yang dapat diterima oleh orang lain sesuai dengan maksud yang dimiliki pembuat kalimat Fungsi dalam Komunikasi Fungsi kalimat : menyampaikan pesan. Unsur-Unsur Komunikasi: 1) Pengirim, 2) Penerima, 3) Sarana c. Pengaruh bahasa daerah Contoh: 1. Pengangkatan Pegawai negeri itu belum ada surat keputusannya 2. Atas perhatian Saudara kami haturkan terima kasih 3. Teknologinya Jepang jauh lebih maju dari kita 4. Kita punya kemampuan terbaik Pengaruh bahasa asing Contoh: 1. My name is Andi (nama saya adalah Andi) 2. He knows a restaurant where we can get a drink (Dia tahu rumah makan di mana kita bisa mendapatkan minuman) 3. Aeroplanes which cross the Atlantic are jets (pesawat-pesawat yang mana mengarungi lautan atlantik itu adalah jet) 4. The man to whom the letter was addressed had died months before (orang kepada siapa surat itu dialamatkan telah meninggal beberapa bulan lalu 5. The travelers with whom I had spoken come from distant town (para pelncong dengan siapa saya telah berbicara datang dari kota yang jauh) e. Kalimat Rancu Kalimat rancu terjadi jika kekacauan penggabungan dua bentuk (dua bentuk yang benar disatukan menjadi salah) Contoh: 1. Diperlebarkan : dilebarkan/diperlebar 2. Seringkali : sering-sering/berkali-kali 3. Dan lain sebagainya: dan lain-lain/dan sebagainya 4. Kadngkala : kadang-kadang/adakala 5. Pada zaman dahulu kala: zaman/kala f. Kalimat Taksa Kalimat yang memiliki makna lebih dari satu (konotatif) Contoh: 1. Lukisan Jamilah dipajang juga dalam pameran itu. 2. Garasi mobil yang mewah itu selalu terpelihara 3. Ibu Ahmad sakit g. Kalimat Tidak Lengkap Kalimat lengkap sekurang-kurangnya harus memiliki S dan P dan berintonasi selesai Contoh: 1. Jika tidak ada dukungan masyarakat tidak akan terwujud 2. Film produksi dalam negeri yang kurang bermutu yang tidak mampu bersaing di pasaran 3. Sepuluh orang mahasiswa ITB yang berangkat dua bulan lalu dengan menggunakan bus Kramat Jati dengan tujuan Sumatra untuk melakukan penelitian wabah penyakit demam berdarah yang tiba-tiba berjangkit di beberapa tempat di pulau itu h. Kalimat Tidak Logis Kalimat yang secara semantik tidak bisa diterima akal. Contoh: 1. Yang kencing di WC itu harus disiram 2. Dilarang kers membuang sampah ke sungai. 3. Jangan memarkir kendaraan di daerah bebas parkir i. Kalimat Mubazir/Pleonastis Kalimat yang menggunakan kata atau kelompok kata yang berlebihan Contoh: 1. Banyak kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan semaunya tanpa aturan. 2. Tindakan manajer itu terlu keras sehingga akibatnya menyebabkan karyawn berunjuk rasa. Kata yang sama maknanya: a) Adalah merupkan, b) mulai sejak, c) ulang kembali, d) amat sangat sekali . Variasi Kalimat Beberapa cara memvariasikan kalimat. 1. Menggabungkan beberapa kalimat pendek menjadi satu kalimat panjang. Caranya: a) dua kata yang sama ditulis satu saja, b) menggunakan konjungsi intrakalimat, c) makna kalimat setelah digabungkan tidak boleh berubah. Contoh: a) Peralatan untuk bernafas dalam air telah ditemukan. b) Peralatan itu memungkinkan dilakukannya pengumpulan hewan laut dalam keadaan segar. Digabungkan menjadi: Peralatan untuk bernafas dalam air telah ditemukan sehingga memungkinkan dilakukannya pengumpulan hewan laut dalam keadaan segar Memenggal satu kalimat panjang menjadi beberapa kalimat pendek Syarat: 1) Setiap penggalan minimal harus memiliki syarat subjek dan predikat 2) Gunakan konjungsi antarkalimat 3) Perhatikan apakah kalimat yang telah terpisah tersebut memiliki koherensi atau tidak Mengubah kalimat dengan memindahkan letak gatra (kata/kelompok kata yang mempunyai fungsi dalam kalimat) Syarat: 1) Bagilah kalimat berdasarkan gatra. Contoh: (1) Dua hari yang lalu I (2) teman saya I (3) pergi I (4) ke manila 2) Pindah-pindahkan /pertukarkan gatra-gatra tersebut sehingga kalimat bervariasi 3) Tidak boleh menambah atau mengurngi kata PARAGRAF Definisi paragraf adalah kelompok kalimat yang merupakan bagian langsung dari sebuah karangan, terdiri atas satu pikiran utama yang dikembangkan dalam beberapa pikiran penjelas, dan tersusun secara sistematis-logis”. Syarat 1. Memiliki satu pokok PU dan beberapa PP 2. Memiliki kohesi dan koherensi Unsur-Unsur Paragraf Transisi Transisi adalah penghubung antarparagraf. Penghubung ini bisa berupa kata, kelompok kata, atau kalimat. Kata sambung antarkalimat seperti akan tetapi, dengan demikian, jadi, dan oleh sebab itu dapat digunakan sebagai transisi. Pikiran Utama (PU) Pikiran utama adalah inti persoalan atau gagasan yang ingin disampaikan dalam paragraf. Pikiran utama ini bisa terdapat secara tersurat dalam kalimat tertentu, bisa juga tersirat dalam keseluruhan uraian dalam paragraf bersangkutan. Pikiran Penjelas (PP) Pikiran penjelas adalah rincian atau uraian pikiran yang menjelaskan gagasan atau inti persoalan (PU). Karena merupakan penjelas, PP biasanya terdiri atas beberapa kalimat. Penegas Penegas adalah bagian paragraf yang menegaskan inti persoalan atau pikiran utama dalam paragraf. Fungsi penegas ada dua, yaitu sebagai pengulang atau penegas PU dan sebagai unsur yang menambah daya tarik sebuah paragraf, menghindarkan kejemuan pembaca (Tarigan, 1981: 20). Skema Paragraf Transisi,PU,PP,penegas Catatan: (1) Unsur-unsur itu tidak selalu hadir serempak; (2) Urutan tidak selalu sama dengan skema Jenis Paragraf A. Berdasarkan Pola Pikir 1. Paragraf Deduktif Paragraf deduktif merupakan paragraf yang dimulai dengan inti uraian yang kemudian diikuti penjelasan. Dengan kata lain, pikiran utamanya diletakkan di awal kemudian diikuti pikiran penjelas. Contoh: “Akibat krisis ekonomi, harga sebagian bahan pokok bergerak naik. Beras yang setahun lalu berharga Rp1.500,00/liter kini menjadi Rp 2000,00. Gula pasir yang semula Rp 3.000,00/kg melonjak menjadi Rp 4.500,00/kg. Minyak kelapa yang dulu Rp2.000,00/kg kini berubah menjadi Rp 4.500,00/kg. Demikian juga ahan makanan pokok yang lain. Semua naik hampir mencapai 100%” 2. Paragraf Induktif Paragraf dengan pola induktif merupakan kebalikan dari deduktif,yaitu keterangan atau pikiran penjelas diletakkan di awal kemudian diakhiri dengan inti uraian atau pikiran utama. Contoh: “Dalam kehidupan bermasyarakat, apa yang dibutuhkan seseorang belum tentu sama dengan apa yang dibutuhkan orang lain. Di samping itu, suatu kebutuhan yang bisa dicapai oleh seseorang belum tentu bisa dicapai orang lain. Dengan demikian, dari waktu ke waktu kenyataan seperti itu akan selalu ada Sehingga kemungkinan terjadinya konflik akibat perbedaan tersebut akan selalu ada.” 3. Paragraf Campuran Paragraf campuran atau deduktif-induktif dimulai dengan inti uraian (pikiran utama), diikuti penjelasan (pikiran penjelas), dan diakhiri dengan penegasan atau pengulangan inti uraian. Contoh: “Semua manusia pasti akan mati. Para penguasa yang disebut kaisar, sultan, raja, atau presiden meskipun hidup dengan fasilitas yang serba melimpah, mereka mati juga. Begitu pula para ahli bela diri yang setiap hari memperkekar otot-otot tubuhnya dengan macam-macam pelatihan dan menu makanan yang lengkap, akhirnya mati. Orang-orang suci mulai dari para nabi sampai kyai yang doanya selalu atau hampir dikabulkan Tuhan, tetapi doa untuk tidak mati tidak pernah terkabul. Jadi, manusia di dunia ini tidak ada yang bisa hidup abadi”. 4. Paragraf Deskriptif Paragraf deskriptif merupakan paragraph yang inti uraian atau pikiran utamanya tersirat di seluruh bagian. Dengan demikian, inti uraian tersebut baru bisa ditemukan setelah membaca seluruh bagian paragraf tersebut dan menyimpulkannya. Contoh “Letak kampus universitas itu kurang lebih seratus meter dari sebuah bukit yang di sekitar kakinya terhampar pepohonan yang rindang. Tepat di tengah kampus itu menjulang gedung utama dengan gaya arsitektur khas Indonesia lama. Berhadapan dengan gedung itu adalah perpustakaan yang tampak dari luar seperti tanpa penghuni karena pengunjungnya asyik dengan bacaan masing-masing. Di setiap halaman gedung kuliah terdapat juga pohon-pohon rindang tempat mahasiswa bersantai”. 2. Paragraf Perbandingan Pikiran utama dijelaskan dengan membandingkan dua hal, persamaan dan perbedaannya. Contoh “Kedua orang itu selain memiliki persamaan, juga memiliki perbedaan. Aminah dan Hindun sama-sama menyukai olah raga bulu tangkis. Juga mereka sama menyukai piknik ke pantai atau menonton film humor. Namun, dalam memilih warna pakaian mereka berbeda. Aminah lebih menyukai warna merah, sedangkan Hindun menyukai warna biru”. 3. Paragraf Analogi Pikiran utama dijelaskan dengan mengibaratkan atau memgumpamakan dengan sesuatu yang memiliki kesamaan sifat. Contoh “Kehidupan manusia ibarat roda yang sedang berputar, kadang berada di atas kadang-kadang di bawah. Suatu waktu mungkin juga roda itu meluncur cepat tanpa goncangan sebab melaju di jalan tol. Pada waktu yang lain roda itu penuh goncangan karena berjalan melalui batu-batu dan lubang-lubang yang dalam. Adakalanya roda itu harus mendaki tanjakan yang sangat tajam, namun tidak jarang juga harus meluncuri turunan yang licin”. 4. Paragraf Sebab-Akibat Pikiran utama dijelaskan dengan mengemukakan sebab atau akibat dari pernyataan-pernyataan. Contoh “Banjir dapat disebabkan faktor-faktor berikut: (1) sungai- makin kerdil, dan (3) sampah yang dibuang sembarangan. Semua faktor itu selalu ada kaitannya dengan ulah manusia. Faktor pertama merupakan akibat tepian sungai dijadikan permukiman. Faktor kedua merupakan akibat keserakahan dalam meraup Keuntungan sehingga hutan ditebang sewenang-wenang. Faktor ketiga sebagai akibat rendahnya kesadaran lingkungan yang mungkin pula disebabkan kurangnya pendidikan”. 5. Paragraf Kronologi Pikiran utama dijelaskan dengan memberikan keterangan secara terperinci dari A sampai Z. Contoh: Proses kejadian manusia menurut ahli antropologi adalah sebagai berikut. Sejenis makhluk yang disebut primat, muncul pertama kali dari mamalia kira-kira tujuh puluh juta tahun yang lalu. Setelah berevolusi kurang lebih selama empat puluh juta tahun makhluk primat itu bercabang-cabang di antaranya sejenis cabang yang disebut hominoid. Setelah menempuh waktu selama lima belas juta tahun, dari hominoid itu lahirlah sejenis kera yang disebut pongid. Setelah menempuh kurun waktu lima belas juta tahun lagi, dari pongid lahirlah makhluk baru yang disebut hominid (manusia). 6. Paragraf Perincian Pikiran utama dijelaskan dengan memberikan uraian secara rinci. Contoh “Alat indra adalah alat yang dimiliki manusia untuk mengenal sesuatu. Alat tersebut ada lima: mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit. Mata berfungsi untuk mengenal rupa atau warna, telinga untuk mengenal suara, hidung untuk mengenal bau-bauan, lidah untuk mengenal rasa, dan kulit untuk mengenal halus atau kasarnya sesuatu”. .7 Paragraf Definisi Sebuah istilah atau pengertian yang terkandung dalam pikiran utama memerlukan penjelasan yang definitif. Paragraf yang mengandung uraian demikian disebut paragraf definitisi. Contoh “Etika mengkaji tindak-tanduk manusia yang dilakukan secara sadar, sengaja, dan bebas. Sadar artinya dalam keadaan jaga, tidak sedang mengigau, pingsan, atau lupa. Sengaja berarti direncanakan, bukan secara kebetulan. Bebas maksudnya dalam keadaan boleh memilih antara dilakukan atau tidak. Semua perilaku itu kemudian dinilai baik buruknya menurut norma yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat didefinisikan bahwa etika adalah ilmu yang mempelajari tindak-tanduk manusia yang dilakukan secara sadar, sengaja, dan bebas untuk dinilai baik buruknya menurut norma yang berlaku dalam suatu masyarakat”. WACANA • Kelompok kalimat yang berkaitan, untuk menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lain sehingga membentuk kesatuan. • wacana mengandaikan adanya penyapa dan pesapa • Konteks wacana terdiri atas berbagai unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan saluran. • dibagi atas wacana lisan dan wacana tulisan. • Wacana lisan yang mementingkan isi dapat berupa pidato, ceramah, dakwah, kuliah, dan sebagainya • Wacana tulisan yang bersifat interaksi antara lain polemik dan surat-menyurat antara ilmuwan serta sastrawan. • Karangan ilmiah bisa disebut juga wacana ilmiah • SILOGISME, DEFINISI, dan ISTILAH Silogisme Silogisme adalah menarik simpulan dari dua pernyataan. Simpulan itu dapat dibuat apabila persyaratan berikut terpenuhi. a. Kedua pemyataan atau salah satu dari kedua pernyataan itu berlaku umum. Secara eksplisit, pernyataan umum itu biasanya menggunakan kata semua atau yang searti dengan semua. b. Kedua pernyataan atau salah satu dari kedua pernyataan itu positif c. Kedua pernyataan itu mempunyai bagian yang sama Contoh: (1) Semua manusia normal tahu tentang baik dan buruk. (umum, positif) (2) Pada umumnya manusia normal tidak menyukai kecurangan. (sebagian, negative Yang bercetak miring adalah bagian yang sama. Perangkat pemyataan di atas memenuhi pernyataan silogisme. (1) Semua orang yang berakhlak luhur tidak suka minuman keras.(umum, negatif) (2) Semua yang suka minuman keras tidak baik menjadi pendidik.(umum, negatif) Perangkat pemyataan di atas tidak menenuhi persyaratan silogisme. Dalam menarik simpulan, harus diperhatikan hal hal berikut. (1) simpulan harus positif jika kedua pernyataan itu positif; (2) simpulan harus negatif jika salah satu dari pernyataan itu negatif; (3) simpulan berlaku untuk sebagian jika salah satu dari pernyataan itu berlaku untuk sebagian; (4) bagian yang sama dari kedua pernyataan itu tidak dicantumkan dalam simpulan. Contoh: (1) Setiap warga negara Indonesia tahu tentang Pancasila. (2) Beberapa orang dari kelompok itu tidak tahu tentang Pancasila. Simpulan: Beberapa orang dari kelompok itu bukan warga negara Indonesia Definisi : batasan, uraian sesingkat mungkin untuk memberikan pengertian tentang sesuatu. Persyaratan Definisi I. Rumusannya harus tertuang dalam satu kalimat. 2. Tempat subjek dan predikatnya dapat dipertukarkan tanpa perubaban arti. 3. Tidak menggunakan kalimat negatif 4. Tidak mengulang istilah yang didefinisikan 5. Rumusannya memuat unsur yang diperlukan (lengkap). Jenis-jenis Definisi 1. Definisi logis/formal/bentuk, yaitu definisi yang memnuskan sesuatu berdasarkan bentuknya. Contoh : Segitiga adalah bidang yang dibatasi oleh tiga garis lurus yang berpotongan. 2. Definisi fungsional yaitu definisi yang merumuskan sesuatu berdasarkan fungsinya Contoh : Mata ialah indera untuk melihat. 3. Definisi analitis, yaitu definisi yang merumuskan sesuatu berdasarkan sifatnya, cirinya. Contoh : Manusia adalah makhluk yang dapat berpikir dan merasa secara ruhani. Istilah 1. kata atau gabungan kata yang secara cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. 2. nama atau sebutan: tante girang, janda kembang, om senang Pembentukan Istilah 1. melalui penyerapan. Contoh: eksekutif, kelas, energi, dll. 2. melalui penerjemahan. Contoh: jaringan (network), pengobatan (medication), perkembangan (development), dll. 3. melalui penyerapan dan penerjemahan sekaligus. Contoh: kantor pos (pos office), morfem Seleksi Pemakaian Istilah Jika terdapat dua istilah dengan arti yang sama (sinonim), perlu dipilih salah satu. Karena itu dikenal istilah yang diutamakan, istilah yang diizinkan, dan istilah yang dijauhkan. 1. Istilah yang diutamakan: pemakaiannya dianjurkan sebagai istilah baku. Contoh: partikel (lebih baik daripada bagian kecil), mikro (daripada renik), dll. 2. Istilah yang diizinkan: istilah yang diakui setelah yang diutamakan. Contoh: akselerasi (istilah yang diutamakan: percepatan), nisbi (relatif), kekerapan (freukensi), dll. 3. Istilah yang dijauhkan: menyalahi asas penamaan. Contoh: zat lemas (diganti nitrogen), ilmu pasti (matematika), dll. MENYUSUN KARYA TULIS ILMIAH Topik adalah pokok masalah yang akan dibahas dengan syarat berikut ini. Problematis artinya menuntut pemecahan masalah, tidak hanya membicarakan sesuatu tetapi harus mencari pemecahan masalah. Dengan kata lain, sebuah topik tidak hanya dideskripsikan, tetapi dianalisis dan dicari solusinya sampai pada akhirnya ditegaskan pada simpulan dan bila perlu diusulkan dengan saran. Misalnya, topik pengembangan industri kayu. Di sini kita tidak hanya berbicara apa dan bagaimana perkembangan industri kayu itu. Akan tetapi, kita harus mencari upaya apa yang harus ditempuh untuk mengembangkan industri kayu sebagai salah satu kegiatan ekonomi masyarakat. Terbatas maksudnya pokok bahasan tidak terlalu melebar jauh sehingga penulis tidak mungkin mengkajinya dan data tak mungkin diperoleh. Topik yang terlalu luas harus dibatasi dengan pembatasan substansi, lokasi, waktu dsb. Misalnya, urusan penanggulangan pencemaran harus dibatasi pencemaran apa , misalnya, limbah, lalu limbah apa misalnya limbah rumah sakit. Pada judul dapat dibatasi lagi dengan menambahkan lokasinya dimana. Dengan pembatasan demikian, penulis dapat mengkaji dan membahas masalah tersebut secara mendalam dan tuntas dengan data yang jelas dapat diperoleh. Dengan demikian, karangan itu memenuhi salah satu ciri karangan ilmiah. Syarat lain yang tak kurang pentingnya adalah topik itu menarik, penting, aktual, dan data dapat diperoleh baik data literatur maupun lapangan. Tema Tema adalah topik yang sudah jelas mengandung tujuan. Contoh: jika topik penanggulangan pencemaran udara disertai tujuan menanggulangi pencemaran udara dengan mengurangi emisi kendaraan bermotor maka temanya : penanggulangan pencemaran udara melalui pengurangan emisi kendaraan bermotor Dari topik dan tema dapat diangkat menjadi judul karangan ilmiah. Judul karangan ilmiah harus memenuhi syarat (a) menggambarkan isi, (b) singkat, (c) menarik minat pembaca, dan (d) tidak provokatif. Contoh : Upaya menurunkan risiko bahaya gempa bumi MENYUSUN KERANGKA KARANGAN Kerangka karangan adalah rencana karangan secara garis besar yang memuat pokok-pokok bahasan yang disusun menurut tingkat kepentingan dan relevansinya. Fungsi kerangka bagi penulis agar ia dapat mengungkapkan idenya secara terinci, sistematis, dan lengkap. Ada tiga tahap penyusunan kerangka yang dapat dijadikan pedoman yaitu: 1. curah ide atau inventarisasi ide, maksudnya semua ide yang berkaitan ditulis tanpa penyaringan secara cermat. 2. pengoreksian dan penyempurnaan ide, maksudnya ide yang ditulis dikoreksi ditambah, dikurang, diganti dsb. sesuai dengan ide baru yang lebih baik. 3. pengelompokan ide, artinya semua ide dikelompokkan menurut jenis dan tingkatannya dan disusun menurut bab, pasal, subpasal dst. ORGANISASI KARANGAN Organisasi karya tulis ilmiah disebut pula pembabakan karangan menuntun penulis untuk menyusun organ atau komponen karangan yang diperlukan dan di mana ditempatkannya sesuai dengan konvensi naskah. Ada tiga komponen utama dalam karangan sesuai dengan konvensi yaitu a. komponen pelengkap awal (disebut pula bagian pendahulu) yang berisi butir berikut sesuai dengan kebutuhan dengan urutan 1. halaman judul 2. halaman pengesahan (untuk tugas akhir dsb) 3. prakata 4. kata pengantar (bila perlu) 5.sari (abstrak dalam bahasa Indonesia) 6.abstrak dalam bahasa Inggris dsb. 7.daftar isi 8.daftar tabel 9.daftar gambar (peta, ilustrasi) 10.daftar lampiran 11.daftar lambang dan singkatan 12.daftar istilah (diberi penjelasan) b. komponen utama (bagian isi) yang memuat uraian bab demi bab, pasal demi pasal sesuai dengan kerangka organisasi/isi. c. komponen pelengkap akhir (bagian penyudah) yang memuat organ berikut dengan urutan 1. Pustaka 2. Lampiran 3. indeks (penjurus) dapat berupa indeks istilah atau nama 4. riwayat hidup penulis KONVENSI NASKAH Konvensi naskah menyangkut uraian tentang: 1. Penggunaan kertas 2. Pias 3. Halaman Judul Karangan 4. Judul Organ Karangan dalam Uraian 5. Sistem Simbol Organisasi karangan 6. Nomor Halaman 7. Spasi Ketikan 8. Paragraf 9. Lampiran 10. Penulisan Catatan Kaki 11. Penyusunan Daftar Pustka PENULISAN CATATAN KAKI Menyangkut penjelasan tentang: 1. Pengertian 2. Fungsi 3. Tata cara penulisan 4. Singkatan-singkatan yang digunakan: a. Ibidem b. Loc.cit c. Op.cit PENULISAN DAFTAR PUSTAKA Melingkupi cara penulisan daftar pustaka berupa: 1. Buku 2. Artikel Majalah 3. Artikel Jurnal 4. Artikel Surat Kabar 5. Situs Internet Peraturan Penulisan Karya Tulis A. Sistematika Penulisan 1. Bagian Awal a. Halaman judul* 1) Judul diketik dengan huruf besar (kapital), hendaknya ekspresif, sesuai dan tepat dengan masalah yang ditulis dan tidak membuka peluang untuk penafsiran ganda. 2) logo perguruan tinggi 3) Nama dan NIM penulis ditulis dengan jelas. 4) Perguruan Tinggi dan kota asal ditulis dengan jelas 5) Tahun penulisan. 6) Halaman judul menggunakan kertas HVS putih dan kertas mika putih b. Lembar Pengesahan* 1) Lembar pengesahan memuat Judul, Ketua Kelompok dan anggota kelompok dengan menunjukkan identitas: Nama Lengkap, NIM, Jurusan, dan Perguruan Tinggi. Selain itu memuat identitas dosen meliputi Nama Lengkap, Gelar, dan NIP. 2) Lembar pengesahan ditandatangani oleh Ketua Kelompok, Dosen Pembimbing dan Ketua Jurusan/Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan 3) Lembar pengesahan diberi tanggal sesuai dengan tanggal pengesahan. *lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh format halaman judul dan lembar pengesahan c. Kata Pengantar dari penulis d. Daftar isi dan daftar lain yang diperlukan seperti daftar gambar, daftar tabel dan daftar lampiran. e. Ringkasan (abstrak) karya tulis disusun 2¬¬ halaman yang mencerminkan isi keseluruhan karya tulis, mulai dari latar belakang, tujuan, landasan teori yang mendukung, metode penulisan, analisis dan sintesis, simpulan dan saran 2. Bagian Inti a. Pendahuluan Bagian Pendahuluan berisi hal-hal sebagai berikut: 1) perumusan masalah yang mencakup latar belakang tentang alasan mengangkat masalah tersebut menjadi karya tulis (dilengkapi dengan data atau informasi yang mendukung) dan penjelasan tentang makna penting serta menariknya masalah tersebut untuk ditelaah; 2) tujuan dan manfaat yang ingin dicapai melalui penulisan. b. Telaah Pustaka Telaah Pustaka berisi 1) uraian yang menunjukkan landasan teori dan konsep-konsep yang relevan dengan masalah yang dikaji; 2) uraian mengenai pendapat terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang dikaji; 3) uraian mengenai pemecahan masalah yang pernah dilakukan. c. Metode Penulisan Penulisan dilakukan mengikuti metode yang benar dengan menguraikan secara cermat teknik pengumpulan data dan/atau informasi, pengolahan data dan/atau informasi, serta analisis-sintesis. d. Analisis dan Sintesis 1) Analisis permasalahan didasarkan pada data dan/atau informasi serta telaah pustaka. 2) Sintesis untuk menghasilkan alternatif model pemecahan masalah atau gagasan yang kreatif. e. Simpulan dan Saran 1) Simpulan harus konsisten dengan analisis permasalahan dan menjawab tujuan. 2) Saran disampaikan secara spesifik sejalan dengan implikasi kebijakan 3. Bagian Akhir a. Daftar Pustaka ditulis untuk memberi informasi sehingga pembaca dapat dengan mudah menemukan sumber yang disebutkan. Penulisan daftar pustaka untuk buku dimulai dengan menulis nama pengarang, tahun penerbitan, judul buku, tempat terbit, dan nama penerbit. Penulisan daftar pustaka untuk jurnal dimulai dengan nama penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume dan nomor halaman. Penulisan daftar pustaka yang diperoleh dari internet ditulis alamat website-nya. b. Daftar Riwayat Hidup (biodata atau curriculum vitae) peserta minimal mencakup nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, karya-karya ilmiah yang pernah dibuat, penghargaan-penghargaan ilmiah yang pernah diraih. c. Lampiran jika diperlukan, seperti: foto/dukumentasi, data dan informasi lainnya yang mendukung isi tulisan. B. Persyaratan Penulisan a. Naskah, mulai dari Pendahuluan sampai dengan Simpulan dan Saran, ditulis minimal 10 dan maksimal 20 halaman. Jumlah halaman yang tidak sesuai dengan ketentuan tersebut dapat mengurangi penilaian. b. Jumlah halaman yang tidak sesuai dengan ketentuan jumlah halaman tersebut dapat mengurangi penilaian. c. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia baku dengan tata bahasa dan ejaan yang disempurnakan, sederhana, jelas, satu kesatuan, mengutamakan istilah yang mudah dimengerti, tidak menggunakan singkatan seperti tdk, tsb, yg, dgn, dll., sbb. C. Petunjuk Teknis Penulisan dan Pengetikan 1. Penulisan Huruf Naskah diketik pada kertas A4 dengan 1,5 spasi dan menggunakan jenis dan ukuran huruf “Times New Roman 12”, kecuali untuk ringkasan diketik satu spasi. 2. Tata Letak Batas pengetikan: samping kiri 4 cm samping kanan 3 cm batas atas 4 cm batas bawah 3 cm 3. Jarak pengetikan, Bab, Sub-bab dan perinciannya a. Jarak pengetikan antara Bab dan Sub-bab 3 spasi, Sub-bab dan kalimat di bawahnya 1,5 spasi. b. Judul Bab diketik di tengah-tengah dengan huruf besar dan dengan jarak 4 cm dari tepi atas tanpa digaris-bawahi. c. Judul Sub-bab ditulis mulai dari sebelah kiri, huruf pertama setiap kata ditulis dengan huruf besar (huruf kapital), kecuali kata-kata tugas, seperti yang, dari, dan. d. Judul anak Sub bab ditulis mulai dari sebelah kiri dengan indensi 1 (satu) cm yang diberi garis bawah. Huruf pertama setiap kata ditulis dengan huruf besar (huruf kapital), kecuali kata-kata tugas, seperti yang, dari, dan. e. Jika masih ada subjudul dalam tingkatan yang lebih rendah, ditulis seperti pada butir (3) di atas, lalu diikuti oleh kalimat berikutnya. 4. Pengetikan Kalimat Alinea baru diketik sebaris dengan baris di atasnya dengan jarak 2 spasi. Pengetikan kutipan langsung yang lebih dari 3 baris diketik 1 spasi menjorok ke dalam dan semuanya tanpa diberi tanda petik. 5. Penomoran Halaman a. Bagian pendahuluan yang meliputi halaman judul, nama/daftar anggota kelompok, kata pengantar dan daftar isi memakai angka romawi kecil dan diketik sebelah kanan bawah (i, ii dan seterusnya). b. Bagian tubuh/pokok sampai dengan bagian penutup memakai angka arab dan diketik dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 1,5 cm dari tepi atas (1,2,3 dan seterusnya) c. Nomor halaman pertama dari tiap Bab tidak ditulis tetapi tetap diperhitungkan. 6. Kebahasaan a. Huruf Miring (Italic) Huruf miring digunakan untuk menulis beberapa hal sebagai berikut : 1) Kata dan ungkapan asing yang ejaannya bertahan dalam banyak bahasa 2) Tetapan dan pengubah yang tidak diketahui dalam matematika 3) Kata atau istilah yang diperkenalkan untuk diskusi khusus 4) Kata atau frase yang diberikan penekanan 5) Judul buku atau terbitan berkala yang disebutkan dalam tubuh tulisan 6) Nama ilmiah seperti genus, spesies, varietas dan forma makhluk b. Huruf Kapital 1) Digunakan untuk huruf pertama pada awal kalimat 2) Setiap kata dalam judul, kecuali kata tugas yang tidak terletak pada posisi awal 3) Nama bangsa, bahasa, agama, orang, hari, bulan, tarikh, peristiwa sejarah, lembaga, jabatan, gelar dan pangkat yang diikuti nama orang atau tempat. 4) Nama-nama geografi, tetapi bukan nama geografi yang digunakan sebagai jenis (misal: badak sumatera). 5) Penulisan nama orang pada hukum, dalil, uji, teori dan metode. c. Huruf Tebal Huruf tebal digunakan untuk judul atau tajuk (heading). 6. Tata Bahasa a. Fungsi tata bahasa digunakan dengan taat asas dan tegas, sehingga subyek dan predikat harus selalu ada. b. Penggunaan ejaan dan istilah resmi. c. Bahasa yang digunakan bersih dari unsur dialek daerah, variasi bahasa Indonesia, dan bahasa asing yang belum dianggap sebagai unsur bahasa Indonesia, kecuali untuk istilah bidang ilmu tertentu. 7. Tanda Baca a. Tanda Titik (.) Digunakan pada akhir kalimat, pada singkatan tertentu, sebagai pemisah bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah. b. Tanda Koma (,) Digunakan untuk memisahkan angka desimal, pemisah unsur-unsur dalam suatu deret, untuk memisahkan unsur-unsur sisteksis dalam kalimat. c. Tanda Titik Koma (;) Digunakan untuk memisahkan unsur-unsur sintaksis yang setara, atau dalam deret yang sudah mengandung tanda baca lain. d. Tanda Titik Dua (:) Digunakan untuk menandakan pengutipan yang panjang, angka perbandingan, memisahkan nomor jilid dan halaman daftar pustaka. e. Tanda Tanya (?) Digunakan pada akhir pertanyaan langsung, untuk menunjukkan keragu-raguan dalam suatu pernyataan. f. Tanda Hubung (-) Digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan menghubungkan dua kata yang sama. g. Tanda Kurung ((...)) Digunakan mengapit tambahan keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. h. Tanda Petik (“...”) Digunakan untuk petikan atau kutipan pembicaraan langsung, istilah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. i. Tanda Garis Miring (/) Digunakan untuk menggantikan tanda bagian atau menunjukkan bilangan pecahan. 8. Penulisan Tabel dan Gambar a. Tabel 1) Judul tabel merupakan kalimat pernyataan secara ringkas yang berdiri sendiri dan dapat menerangkan arti tabel 2) Judul tabel diletakkan di atas tabel dengan diawali huruf kapital tanpa diakhiri dengan tanda titik 3) Setiap tabel yang ada harus dirujuk atau dibahas di dalam kalimat 4) Catatan kaki pada tabel merupakan simbol non numerik seperti *, † dan ‡.. petunjuk catatan kaki diletakkan pada bagian tabel yang memerlukan informasi tambahan tersebut. b. Gambar 1) Judul gambar dapat berupa satu kalimat atau lebih. 2) Judul gambar diletakkan di bawah gambar dan diawali oleh huruf kapital serta diakhiri dengan tanda titik. 3) Setiap gambar biasanya mempunyai simbol. Untuk itu, setiap simbol harus diberikan keterangan. Ukuran simbol dan keterangannya harus proporsional dengan ukuran gambar dan dapat dibaca dengan jelas. 4) Setiap gambar yang terdapat dalam tulisan harus dirujuk di dalam teks. 9. Penyusunan Daftar Pustaka a. Teladan umum untuk jurnal sebagai panduan yang biasanya mutakhir Nama tahun. Nama pengarang. Tahun terbit. Judul artikel. Nama jurnal: nomor volume (nomor terbitan): halaman. 1) Satu Pengarang Koske R.E. 1989. Scutellospora arenicola and Glomus trimurales: two new species in the Endogonaceae. Mycologia 81:927-933. 2) Dua Pengarang Maginn, J.L. dan D.L Tuttle. 1990. Managing Invesment Portofolios: A Dynamic Process. 2nd ed. Gorham and Lamont Publisher. Boston. 3) Lebih dari Dua Pengarang Bloomberg, D.J., S. Lemay, and J.B. Hanna. 2002. Logistics. Pearson International. New Jersey. 4) Setiap Terbitan Dimulai dengan Halaman Baru Eliel, E.L. 1976. Stereochemistry Science LeBel and van’t Hoff: bagian Chemistry 49(3):8-13. b. Organisasi sebagai pengarang Badan Pusat Statistik (BPS). 2002. Statistik Potensi Desa Propinsi Banten. BPS. Jakarta. c. Teladan umum untuk buku Nama Pengarang. Tahun Terbit. Judul Buku. Tempat terbit; Nama Penerbit. 1) Buku Terjemahan Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van Der, Penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie. 2) Buku dengan Editor Gilman, A.G., T.W. Rall, dan A.S. Nies., P. Taylor, Editor. 1990 The Pharmacological Basis of Therapeutics. Pergamon. New York. d. Prosiding Nama pengarang. Tahun terbit. Judul artikel. Di dalam: Nama editor. Judul publikasi atau nama pertemuan ilmiah atau keduanya; tempat pertemuan, tanggal pertemuan. Tempat terbit: nama penerbit. Halaman artikel. Meyer, B. Dan K. Herman. 1985. Formaldehyde Release from Pressed Wood Products. Di dalam: Turoski, Editor. Formaldehyde: Analyical Chemistry and Toxicology. Proceedings of the Symposium at the 187th Meeting on the American Chemical Society. St. Louis, 8-13 April 1984. Washington: American Chemical Societies. Halaman 101-116. e. Skripsi/tesis/desertasi Nama pengarang. Tahun terbit. Judul. Tempat institusi: Nama institusi yang menganugerahkan gelar. f. Paten Nama penemu paten; lembaga pemegang paten. Tanggal publikasi (permintaan) paten [tanggal bulan tahun]. Nama barang atau proses yang dipatenkan. Nomor paten. g. Surat kabar Nama pengarang. Tanggal bulan tahun terbit. Judul. Nama surat kabar; Nomor halaman (nomor kolom). 1) Tulisan/berita dalam surat kabar (dengan nama pengarang) Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan ataukah Sekolah Pengunggulan? Majapahit Pos, hlm. 4 & 11. 2) Tulisan/berita dalam surat kabar (tanpa nama pengarang) Jawa Pos. 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, Jawa Pos, hlm. 3. h. Publikasi elektronik Nama pengarang. Tahun penerbitan. Judul artikel. Nama jurnal [tipe media] volume (nomor):halaman. Ketersediaan. [Tanggal, bulan dan tahun akses] Hsu, Y.H. dan K.Y. To. 2000. Cloning of a cDNA (Accession No. AF183891) Encoding Type II S-Adenosyl-L-Methionine Synthetase from Petunia Hybrida. Plant Phsiol. 122:1457. Hamilton, J.D. 2000. Programming CGI 101. Oktober 2000].